Selasa, 24 Juni 2014

permasalahan yang dihadapi BCA



BAB I
                                                                
1.1 Sejarah Bank Central Asia
Description: http://nashoriws.files.wordpress.com/2009/10/logobca.gif
Bank Central Asia (IDX: BBCA) adalah bank swasta terbesar di Indonesia. Bank ini didirikan pada 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV dan pernah merupakan bagian penting dari Grup Salim. Presiden Direktur saat ini (masa jabatan 1999-sekarang) adalah Djohan Emir Setijoso.
BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya itu, dan barang kali yang paling signifikan adalah krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997. Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan  rofes perbankan di Indonesia. Namun, secara khusus, kondisi ini memengaruhi aliran dana tunai di BCA dan bahkan sempat mengancam kelanjutannya. Banyak nasabah menjadi rofe lalu beramai-ramai menarik dana mereka. Akibatnya, bank terpaksa meminta bantuan dari pemerintah Indonesia. Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) lalu mengambil alih BCA pada tahun 1998. Berkat kebijaksanaan bisnis dan pengambilan keputusan yang arif, BCA berhasil pulih kembali dalam tahun yang sama. Di bulan Desember 1998, dana pihak ke tiga telah kembali ke tingkat sebelum krisis. Aset BCA mencapai Rp 67.93 triliun, padahal di bulan Desember 1997 hanya Rp 53.36 triliun.

Kepercayaan masyarakat pada BCA telah sepenuhnya pulih, dan BCA diserahkan oleh BPPN ke Bank Indonesia pada tahun 2000. Selanjutnya, BCA mengambil langkah besar dengan menjadi perusahaan publik. Penawaran Saham Perdana berlangsung pada tahun 2000, dengan menjual saham sebesar 22,55% yang berasal dari divestasi BPPN. Setelah Penawaran Saham Perdana itu, BPPN masih menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran saham kedua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA. Dalam tahun 2002, BPPN melepas 51% dari sahamnya di BCA melalui tender penempatan privat yang strategis. Farindo Investment, Ltd., yang berbasis di Mauritius, memenangkan tender tersebut. Saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga intermediasi finansial.
Pemegang Saham
Komposisi pemegang saham pada tanggal 30 Juni 2009adalah sebagai berikut:
  • FarIndo Investments (Mauritius) Ltd qualitate qua (qq) Farallon Capital Management LLC (Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono) – 47,15%
  • Anthony Salim – 1,76%
  • Saham dibeli kembali PT Bank Central Asia Tbk (treasury stock) – 1,18%
  • Masyarakat – 49.94%


Kegiatan Usaha Perusahaan Bank BCA
Dalam kegiatannya sehari-hari BCA lebih mengutamakan kepentingan dan kenyamanan nasabah. Hal ini dilakukan BCA untuk mempertahankan nasabahnya maupun untuk menarik nasabah yang lain. BCA adalah bank swasta terbesar di Indonesia dimana dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, BCA tidak hanya menghimpun dana dari masyarakat tetapi juga menyalurkan dana kembali dalam bentuk kredit, selain itu BCA juga memberikan fasilitas kemudahan pada nasabah. Adapun fasilitas yang diberikan BCA diluar simpanan masyarakat adalah kemudahan dalam pembayaran rekening listrik, telepon, fax, telex. Dengan adanya fasilitas tersebut, nasabah tidak perlu rofes ke kantor yang bersangkutan tetapi cukup rofes ke BCA untuk membayar kewajiban-kewajiban tersebut sehingga nasabah dapat menghemat waktu.
 Untuk memperluas jangkauannya, BCA juga bekerjasama dengan beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Muhammadiyah dan Universitas Islam Malang dalam pembayaran setoran uang kuliah. Selain itu, Taman wisata Sengkaling dan SPBU wilayah Landungsari juga masuk jangkauan BCA Cabang Pembantu Dinoyo. Disamping bekerjasama dengan Perguruan Tinggi dan Taman Wisata, BCA Cabang Pembantu Dinoyo juga telah masuk kelingkungan TNI di wilayah Karangploso. Hal ini dilakukan guna menambah jumlah rekening BCA, sehingga dana yang ada juga bertambah. BCA menerapkan program agar tampil lebih rofessional daripada bank-bank yang lain sebagai bank pesaing BCA. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan nasabah merupakan komitmen utama BCA untuk meningkatkan kepuasan nasabah dalam upaya menarik nasabah baru. Dimana strategi yang dilakukan BCA guna mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan tersebut melalui pengaktifan program front liner (CS dan Teller).

Pada dasarnya segala upaya yang dilakukan guna meningkatkan kualitas keamanan pelayanan yang telah dilaksanakan dan dikembangkan bertitik tolak dari keyakinan teguh bahwa bisnis perbankan tidak mungkin berjalan tanpa dukungan nasabah. Seiring dengan komitmen tersebut BCA telah bertekad menjadi bank dengan layanan terbaik, untuk mencapai komitmen tersebut dapat diwujudkan melalui berbagai upaya peningkatan kemampuan layanan pada front office yang salah satunya adalah Customer Service. Pengetahuan dan ketrampilan dasar yang perlu dimiliki oleh front office adalah telah dirumuskan secara singkat, padat dan lengkap dalam istilah “SMART” yang menjadi cermin identitas para front liner BCA.  


1.2 Permasalahan secara global
Bank termasuk lembaga keuangan yang sangat penting peranannya dalam pembangunan ekonomi. Peran strategis bank bukan hanya sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien kearah peningkatan taraf hidup masyarakat, akan tetapi juga memotivasi dan mendorong inovasi dalam berbagai cabang kegiatan ekonomi. Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter dan krisis ekonomi yang sangat berat, yang disebabkan oleh jatuhnya nilai rupiah terhadap valuta asing, khususnya dolar Amerika Serikat. Sebagai akibat dari krisis ekonomi tersebut, banyak perusahaan-perusahaan di sektor riil (industri, perdagangan, perhotelan, dan lain-lain) yang terpuruk. Hampir semua perusahaan di sektor riil tersebut menggunakan sumber dana pembiayaan dari bank. Akibat dari ketidakmampuan nasabah-nasabah tersebut untuk memenuhi kewajibannya pada bank, maka bank-bank mengalami kesulitan dalam bentuk kredit macet. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengatasi krisis perbankan yang sangat parah.


BAB II

2.1 Eksplorasi Permasalahan
Pada tanggal 24 November 1997, pemerintah/Bank Indonesia mengumumkan 16 bank swasta nasional yang terkena likuidasi. Masyarakat sangat terkejut dengan tindakan pemerintah/Bank Indonesia melikuidasi 16 bank tersebut, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap bank bank menjadi hilang. Maka terjadilah rush, yakni penarikan uang besar-besaran yang dilakukan masayarakat terhadap simpanan mereka pada berbagai bank, termasuk nasabah bank BCA ( bank swasta terbesar saat itu yang memiliki jumlah automatic teller machine atau ATM terbanyak ). BCA dan berbagai bank swasta nasional maupun bank-bank pemerintah (Bank BUMN) mengalami kesulitan likuiditas. Dalam ketentuan perbankan yang ada, Bank Indonesia merupakan the last resort (tumpuan terakhir) bagi bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas.
Maka Bank Indonesia memberikan bantuan yang dikenal dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Karena berbagai faktor, maka banyak bank terutama penerima BLBI tidak dapat mengembalikan BLBI yang diterimanya, pada waktu dan jadwal yang telah disepakati antara bank yang bersangkutan dengan Bank Indonesia.

2.2 Inti Permasalahan
Bank BCA tidak mampu mengembalikan BLBI pada waktu dan jadwal yang sudah disepakati, padahal BCA menerima jumlah BLBI dalam jumlah yang cukup besar. BLBI merupakan bantuan likuiditas bank indonesia, yang diberikan oleh baki indonesia kepada BCA.


BAB III

3.1 Solusi
pemerintah membantu BCA untuk mengatasi kesulitan, yakni ketidakmampuan melunasi BLBI. Akhirnya, pemerintah mengambil over saham BCA sampai dengan 92,8% dan untuk sementara pada waktu itu BCA dapat melanjutkan kegiatan operasionalnya dengan baik. Dalam salah satu kesepakatan antara pemerintah RI dan International Monetary Fund (IMF) yang tertuang dalam Letter of Intent, salah satu butirnya menyangkut usaha pemerintah untuk mengatasi keterpurukan dalam sektor perbankan. Sehingga secara tidak langsung, IMF mendesak agar pemerintah RI melepas saham-saham yang dimilikinya dalam berbagai bank swasta nasional untuk dijual kepada masyarakat (publik) atau kepada investor yang dapat melanjutkan kegiatan operasi bank dengan baik. Maka pemerintah/BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) mulai melakukan usaha-usaha yang dapat membantu mengatasi keterpurukan sektor perbankan, seperti melakukan kebijakan divestasi pada saham BCA pada tanggal 11 Maret 2002. Divestasi merupakan penjualan saham atau melepas saham yang dimiliki kepada pihak lain dan divestasi BCA ini dimenangkan oleh konsorsium Farallon dari Amerika. Divestasi ini diharapkan dapat memperbaiki kinerja bank BCA di masa yang akan datang karena sebagai salah satu bank swasta nasional terbaik di negara kita, BCA harus mampu mempertahankan kinerjanya bahkan memperbaikinya dan hal ini diharapkan dapat mendorong pemulihan fungsi bank sebagai financial intermediary yang membawa dampak baik bagi industri perbankan di Indonesia.


Penilaian kesehatan bank sebagian besar merupakan analisis kinerja keuangan yang telah diatur sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Penilaian kesehatan bank akan berpengaruh terhadap kemampuan bank dan loyalitasnasabah terhadap bank yang bersangkutan. Salah satu alat untuk mengukur kesehatan bank adalah dengan analisis CAMEL dan dapat diperbaiki dengan menyehatkan seluruh unsur atau komponennya, meliputi capital, assets, management, earning, dan liquidity. Penelitian Mary Kwak (2001) menunjukkan bahwa divestasi dapat meningkatkan pertumbuhan dan menghasilkan kinerja secara lebih baik. Penelitian Brian Coyle (2001) menunjukkan bahwa divestasi berpengaruh positif terhadap peningkatan nilai perusahaan secara keseluruhan. Berdasarkan divestasi yang dilakukan pemerintah terhadap saham BCA pada tahun 2002 dan penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti maka, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Analisis Perkembangan Kinerja Keuangan PT BCA Tbk Sebelum dan Sesudah Divestasi”.


3.2 Kesimpulan
BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan adalah krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997. Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan rofes perbankan di Indonesia. Namun, secara khusus, kondisi ini memengaruhi aliran dana tunai di BCA dan bahkan sempat mengancam kelanjutannya. Banyak nasabah menjadi rofe lalu beramai-ramai menarik dana mereka. Akibatnya, bank terpaksa meminta bantuan dari pemerintah Indonesia.
pemerintah mengambil over saham BCA sampai dengan 92,8% dan untuk sementara pada waktu itu BCA dapat melanjutkan kegiatan operasionalnya dengan baik. Dalam salah satu kesepakatan antara pemerintah RI dan International Monetary Fund (IMF) yang tertuang dalam Letter of Intent, salah satu butirnya menyangkut usaha pemerintah untuk mengatasi keterpurukan dalam sektor perbankan. Sehingga secara tidak langsung, IMF mendesak agar pemerintah RI melepas saham-saham yang dimilikinya dalam berbagai bank swasta nasional untuk dijual kepada masyarakat (publik) atau kepada investor yang dapat melanjutkan kegiatan operasi bank dengan baik. Maka pemerintah/BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) mulai melakukan usaha-usaha yang dapat membantu mengatasi keterpurukan sektor perbankan, seperti melakukan kebijakan divestasi pada saham BCA pada tanggal 11 Maret 2002. Divestasi merupakan penjualan saham atau melepas saham yang dimiliki kepada pihak lain dan divestasi BCA ini dimenangkan oleh konsorsium Farallon dari Amerika. Divestasi ini diharapkan dapat memperbaiki kinerja bank BCA di masa yang akan datang karena sebagai salah satu bank swasta nasional terbaik di negara kita, BCA harus mampu mempertahankan kinerjanya bahkan memperbaikinya dan hal ini diharapkan dapat mendorong pemulihan fungsi bank sebagai financial intermediary yang membawa dampak baik bagi industri perbankan di Indonesia.

1 komentar:

  1. Harrah's Reno Casino Site - Lucky Club
    Harrah's Reno Casino is a luxurious and vibrant entertainment venue located in Reno, Nevada. luckyclub.live Harrah's Reno Hotel & Casino is set within a 5-minute drive of

    BalasHapus